Tips Jitu Menulis Hebat

Cara untuk meningkatkan kemampuan menulis

MFILES - Inilah cara jitu mengekspresikan pikiran dan ide menjadi lebih baik dan jelas. Ingat, menjadi penulis hebat sekaliber Pramudia Ananta Toer atau penulis dunia lainnya memerlukan latihan dan pengetahuan. Namun, dengan kerja keras dan perjuangan yang hebat bisa dipastikan kita suatu hari nanti akan diikuti oleh orang lain yang juga akan bercita-cita ingin seperti Anda! Sang Penulis Hebat.

Metode 1. Dasar-dasar Teknik Menulis yang Baik
1. Jadikan sesuatu menjadi aktif. Salah satu bentuk paling umum tulisan yang buruk adalah penggunaan kalimat pasif yang berlebihan. Kalimat pasif mengubah objek suatu tindakan menjadi subjek kalimat dengan bentuk kata kerja seperti “X telah diserang oleh Y” dan bukan menggunakan kalimat sederhana “Y menyerang X.” Belajarlah untuk menghindari bentuk kalimat seperti ini sebisa mungkin.

”Novel itu ditulis oleh Frank saat masih kuliah” adalah bentuk kalimat pasif. “Frank menulis novel itu saat masih kuliah” adalah bentuk kalimat aktif.
Menggunakan kalimat pasif tidak selalu buruk. Kadang-kadang tak ada cara yang tepat untuk membuat pernyataan aktif atau kadang-kadang Anda menginginkan sentuhan yang lebih ringan sehingga pembentukan kalimat pasif dimungkinkan. Namun, ikutilah aturan berikut ini sebelum mulai membuat pengecualian.
 

2. Gunakan kata-kata yang kuat. Tulisan yang baik memiliki unsur ketepatan, mengggugah perasaan, dan dibumbui dengan hal-hal tak terduga. Menggunakan kata kerja atau kata sifat yang tepat dapat mengubah sebuah kalimat yang tidak menginspirasi menjadi kalimat yang akan diingat dan dikutip orang di masa mendatang. Carilah kata-kata yang spesifik sebisa mungkin. Usahakan untuk tidak mengulang kata yang sama terus-menerus kecuali Anda sedang mencoba membuat ritme kalimat.

Salah satu pengecualian dalam hal ini adalah kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan dialog. Tulisan yang buruk berisi kalimat-kalimat “”ia berkomentar” dan “ia menjawab.” “Ucapan” yang ditempatkan dengan baik bisa menjadi luar biasa, namun seringkali kata yang sederhana seperti “katanya” akan lebih berhasil. Mungkin akan terasa canggung menggunakan “katanya” terus-menerus, namun mengubah hal yang tidak perlu akan membuat pembaca lebih sulit untuk mengikuti alur percakapan dari awal sampai akhir. Ketika menulis dialog, Anda ingin pembaca mendengarkan suara karakter-karakter yang ada dalam tulisan, bukan suara Anda.
 

Kuat bukan berarti sulit dimengerti atau lebih rumit. Jangan gunakan kata “reduksi” jika Anda bisa menggunakan kata “pengurangan”. “Ia memobilisasi massa ” tidak lebih baik daripada “Ia mengerahkan massa.” Jika Anda memiliki kemungkinan untuk menggunakan kata “terorganisir”, gunakan saja. Namun, jika kata “teratur” lebih memungkinkan dan tidak terdengar rumit, gunakan kata ini.

3. Hilangkan hal-hal yang tidak penting. Tulisan yang baik adalah tulisan yang sederhana, jelas, dan langsung pada tujuannya. Tulisan yang berisi 50 kata tidak akan berarti jika bisa ditulis hanya dengan 20 kata saja. Tulisan yang baik menggunakan kata-kata yang tepat dan bukan menggunakan kata-kata yang hanya memenuhi halaman. Rasanya mungkin menyenangkan untuk mengemas semua ide dan detail ke dalam satu kalimat, namun kemungkinan kalimat tersebut sulit untuk dimengerti. Jika sebuah frasa tidak menambahkan sesuatu yang bernilai, maka hilangkan saja.
 

Kata keterangan adalah penolong klasik tulisan yang biasa-biasa saja. Penempatan kata keterangan yang baik akan menyenangkan, namun seringkali kata keterangan yang kita gunakan sudah diterangkan secara tidak langsung oleh kata kerja atau kata sifat. Bisa juga akan diterangkan dengan kata yang lebih menggugah. Jangan tulis “menjerit penuh ketakutan”. Kata “menjerit”sudah menggambarkan ketakutan. Jika Anda melihat tulisan Anda sudah penuh dengan kata-kata “dengan/secara”, mungkin sudah waktunya untuk mengevaluasi sejenak dan lebih fokus pada tulisan Anda.

Menghilangkan hal-hal yang tidak penting kadang-kadang paling baik dilakukan pada tahap pengeditan. Anda tak harus terobsesi menemukan cara yang paling singkat untuk memfrasakan setiap kalimat. Tuliskan semua ide dan lanjutkan mengedit hal-hal yang tidak penting.

Tulisan Anda tidak hanya hadir di ruang kosong. Tulisan harus dirasakan bersama imajinasi pembaca. Anda tak perlu menggambarkan setiap detail jika beberapa kalimat yang baik mendorong pikiran pembaca untuk membayangkan jalan ceritanya. Letakkan kalimat pada posisi yang tepat dan biarkan pembaca menghubungkannya.

4. Jangan memberi petunjuk. Daripada membuat pembaca tenggelam dalam penjelasan yang panjang tentang latar belakang karakter atau makna alur cerita, cobalah untuk membiarkan pembaca menemukan ide yang sama melalui kata-kata, perasaan, dan tindakan karakter dalam cerita. Khususnya dalam cerita fiksi, melakukan langkah klasik yang merupakan saran penulis andal ini adalah salah satu pelajaran paling penting yang dapat dipelajari seorang penulis.

5. Hindari hal-hal klise. Hal-hal klise adalah frasa, ide, atau situasi yang tampak tidak orisinil. Hal-hal klise mungkin memiliki kekuatan pada satu sisi, namun penggunaannya terlalu berlebihan sehingga hanya memiliki nilai yang kecil kecuali diimajinasikan kembali dengan cara-cara yang kreatif. Sulit untuk mengatakan secara tepat apa yang membuat sesuatu menjadi klise, namun lebih dari itu, seperti halnya pornografi, Anda akan mengetahuinya jika Anda melihatnya.
 

"Malam itu begitu gelap dan terjadi badai” adalah contoh klasik frasa yang klise, bahkan sekarang menjadi konsep yang klise. Bandingkan dengan kalimat-kalimat pembuka yang berhubungan dengan cuaca berikut ini:
 

”Suatu hari yang dingin dan cerah di bulan April, waktu menunjukkan pukul satu siang.”—1984, karya George Orwell.Hari itu tidak gelap, tidak ada badai, dan bukan malam hari. Namun, Anda dapat mengetahui dari awal sesuatu yang tidak cukup tepat di tahun 1984.
Langit di atas pelabuhan adalah warna-warna televisi, menyiarkan saluran yang mati” —Neuromancer, karya William Gibson, Dalam buku yang sama terdapat pula kata “ruang maya. ” Kalimat ini tak hanya memberikan laporan cuaca, namun pembaca juga ditempatkan berada dalam dunia yang tidak menyenangkan.
 

”Hari itu adalah saat di mana nenekku meledak kemarahannya.”— The Crow Road, karya Iain Banks.
 

”Saat itu merupakan masa-masa terbaik, Saat itu merupakan masa-masa terburuk, saat itu merupakan masa kebijaksanaan, saat itu merupakan masa kebodohan, saat itu merupakan masa kepercayaan, saat itu merupakan masa keraguan, saat itu merupakan musim cahaya, saat itu merupakan musim kegelapan, saat itu merupakan musim semi harapan, saat itu merupakan musim dingin keputusasaan, kita memiliki segalanya sebelumnya, kita tak punya apa-apa sebelumnya, kita semua akan langsung menuju Surga, kita semua akan langsung menuju jalan lain-kesimpulannya, masa tersebut begitu jauh seperti masa saat ini, sebagian pihak berkuasa yang paling bersuara memaksa untuk didengar, demi kebaikan atau kejahatan, hanya pada tingkat perbandingan tertinggi.” —A Tale of Two Cities, karya Charles Dickens. Cuaca, emosi, umpatan, dan keputusasaan. Dickens membungkus semuanya dengan kalimat pembuka yang membuat pembaca siap mengikuti cerita selanjutnya.

6. Mendobrak aturan. Penulis-penulis terbaik tak hanya mengikuti aturan-mereka tahu kapan dan bagaimana cara mendobraknya. Segala sesuatu yang berasal dari tata bahasa tradisional hingga saran tentang penulisan di atas bisa dilakukan jika Anda tahu bahwa keluar dari jalur akan meningkatkan tulisan Anda. Kuncinya adalah Anda harus selalu menulis dengan cukup baik dan dengan sengaja mendobrak aturan


7. Edit, edit, edit. Jangan percaya pada guru bahasa Inggris. Tak ada maha karya yang “sempurna” dalam menulis. Setiap pengarang bisa menemukan sesuatu untuk diubah bahkan dalam karya-karya besarnya jika mereka memeriksanya. Pengeditan adalah salah satu bagian terpenting dalam proses penulisan. Setelah selesai menulis, luangkan waktu satu hari untuk membaca kembali tulisan Anda dengan mata yang segar, untuk meneliti kesalahan penulisan, memeriksa seluruh paragraf, atau apa saja yang bisa membuat tulisan Anda menjadi lebih baik. Setelah selesai mengedit, baca lagi berulang-ulang.


Metode 2: Bacalah Tulisan dengan Antusias
1. Bacalah satu atau bahkan sepuluh buku. Baca dan pahamilah karya-karya penulis besar dan berpengaruh untuk mempelajari apa yang memungkinkan dalam cerita. Dengan membenamkan diri dalam pikiran penulis-penulis yang memberikan cerita dan ide paling berpengaruh di dunia, Anda akan memperluas kosakata, membangun pengetahuan, dan memelihara imajinasi.
 

Carilah cara yang berbeda dalam menyusun tulisan atau menyajikan cerita.
 

Cobalah untuk membandingkan pendekatan pengarang yang berbeda dengan subjek yang sama untuk melihat kesamaan dan perbedaannya. Misalnya, Death of Ivan Ilych karya Tolstoy dengan The Snows of Kilimanjaro karya Hemingway.
 

2. Temukan kiasan-kiasan yang ada dalam kebudayaan kita. Anda mungkin tidak menyadarinya. Namun buku, film, dan media-media lainnya mengandung referensi dan penghormatan terhadap karya sastra yang hebat. Dengan membaca karya-karya klasik, Anda akan membangun sebuah kumpulan pengetahuan yang berbudaya yang akan memberi informasi lebih baik bagi tulisan Anda.
 

3. Pastikan Anda paham mengapa sebuah karya klasik dianggap hebat. Saat membaca novel The Catcher in the Rye, sangatlah mungkin Anda tidak langsung “memahaminya” atau melihat nilainya. Jika ini terjadi, cobalah membaca sebuah atau dua buah esai tentang novel tersebut untuk mempelajari mengapa karya tersebut begitu berpengaruh dan efektif. Dengan begitu, Anda akan menemukan berbagai makna yang mungkin Anda lewatkan dalam novel tersebut. Memahami apa yang membuat sebuah tulisan menjadi hebat adalah salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan menulis.
 

4. Menonton teater. Ya, menonton pertunjukan drama memang sebuah kegiatan pasif, seperti menonton televisi atau film di bioskop. Tak ada sedikit pun aktivitas membaca yang dilakukan. Namun, menonton drama akan menghidupkan imajinasi Anda dengan cara yang tidak terduga.
Pertunjukan teater seperti kata-kata yang datang ke dalam kehidupan, hanya dengan interpretasi sutradara dan penyampaian akting para aktornya sebagai filter antara naskah pengarang dan telinga Anda. Teater melebihi apa yang disuguhkan sebuah film.

5. Bacalah majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Karya sastra bukanlah satu-satunya sumber ide. Dunia penuh dengan orang-orang, tempat, dan peristiwa yang menarik yang akan menginspirasi pikiran Anda sebagai penulis.

6. Ketahuilah kapan Anda harus melepaskan diri dari berbagai pengaruh. Seringkali terjadi Anda telah menyelesaikan sebuah novel yang bagus dan merasa senang dengan hasilnya. Namun, saat Anda membacanya kembali, novel Anda tampak tidak orisinal, mirip dengan karya pengarang yang bukunya baru saja Anda baca. Anda dapat mempelajari segalanya dari para penulis hebat, namun Anda perlu untuk mengembangkan gaya Anda sendiri. Belajarlah untuk melepaskan berbagai pengaruh dengan latihan menulis bebas, meninjau karya-karya Anda sebelumnya, atau bahkan merangsang pikiran secara mendalam.


Metode 3: Tulis Sebanyak-banyaknya

1. Milikilah sebuah notes. Bukan sembarang notes, namun pilihlah yang berkualitas bagus yang bisa dibawa ke mana-mana. Ide muncul kapan saja dan Anda tentu ingin menampung ide-ide yang sering muncul tersebut sebelum hilang, seperti mimpi yang rasanya benar-benar indah saat Anda tidur tadi malam.

2. Tulislah ide apa saja yang keluar dari pikiran. Judul, subjudul, topik, karakter, situasi, frasa, metafora, apa saja yang akan menyalakan imajinasi Anda nantinya ketika sudah siap.

3. Penuhi notebook dengan berbagai ide dan lakukan terus. Ketika And selesai menulis, berikan label pada tulisan tersebut berikut tanggal penulisan dan catatan-catatan secara umum, sehingga Anda bisa membacanya kembali ketika Anda memerlukan dorongan semangat untuk menulis kreatif.

4. Bergabunglah dengan kelompok pelatihan penulisan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tulisan dan tetap termotivasi adalah berkomunikasi dengan penulis-penulis lain dan mencari masukan untuk tulisan Anda. Carilah grup menulis online atau yang ada di kota Anda. Dalam grup ini, para anggota biasanya akan membaca tulisan satu sama lain dan mendiskusikan apa yang disukai dan tidak disukai dan bagaimana suatu tulisan bisa ditingkatkan. Anda akan tahu bahwa memberi dan menerima masukan akan membantu Anda untuk belajar hal-hal yang bernilai untuk meningkatkan kemampuan menulis.

5. Menulislah setiap hari. Tulislah buku harian, berkirim surat dengan sahabat pena, atau meluangkan waktu sekitar satu jam untuk menulis apa saja. Tentukan sebuah topik dan mulailah menulis. Topiknya bisa apa saja. Idenya adalah menulis, menulis, dan menulis. Menulis adalah kemampuan yang membutuhkan latihan dan otot yang bisa diperkuat dan dipelihara dengan latihan yang benar.


Metode 4: Merangkai Cerita

1. Tentukan sebuah topik dan susunlah jalan cerita secara umum. Tak perlu rumit, cerita tersebut dimaksudkan agar mudah dipahami maksudnya. Misalnya, tentang cerita film-film klasik Hollywood: seorang pria bertemu wanita, pria berpacaran dengan wanita, pria kehilangan kekasihnya, pria mendapatkan kembali kekasihnya. Adegan-adegan pengejaran bisa ditambahkan kemudian.

2. Tulislah sebuah garis besar. Hal yang menggoda adalah mulai menulis dan berusaha membuat hal-hal yang tidak terduga dan mengubah alur cerita. Jangan lakukan! Garis besar yang sederhana sekalipun akan membantu Anda untuk melihat gambaran besar dan menghemat waktu agar Anda tak perlu sering –sering menulis ulang cerita Anda. Mulailah dengan jalan cerita yang mendasar dan kembangkan bagian per bagian. Sempurnakanlah cerita dan isilah minimal dengan karakter utama, lokasi, periode waktu, dan suasana hati.
Perhatikanlah, pada sebuah garis besar ada 4 bagian cerita di mana bagian terakhir merupakan bagian terbesar dari cerita. Jika ada bagian garis besar cerita yang memerlukan banyak kata untuk menggambarkannya, buatlah sebuah sub-garis besar untuk membagi bagian tersebut agar mudah disusun.

3. Tulislah konsep pertama. Anda sekarang siap untuk memulai tulisan “kasar” atau yang dikenal dengan konsep pertama! Dengan menggunakan garis besar, sempurnakan karakter dan ceritanya.

4. Sediakan ruang dalam cerita untuk menambahkan karakter dan apa yang membuat mereka seperti itu. Berikan sedikit cerita tentang masing-masing karakter. Meskipun Anda tidak menambahkan informasi tersebut, cerita akan memberikan kesan bagaimana karakter tersebut bertindak dalam situasi tertentu.

5. Jangan takut untuk pindah ke bagian lain. Jika Anda tiba-tiba memiliki ide brilian tentang bagaimana menyelesaikan akhir cerita, namun Anda masih menulis bab 1, tulis saja! Jangan biarkan sebuah ide terbuang percuma.

6. Biarkan cerita yang mengarahkan Anda. Biarkan cerita mengalir dan Anda akan menemukan arah yang tak terduga, namun sangat menarik. Anda masih menjadi sutradaranya, namun tetaplah terbuka terhadap inspirasi lain.

7. Selesaikan konsep pertama. Jangan buru-buru untuk menyempurnakan cerita. Biarkan cerita mengalir di atas kertas. Jika Anda menyadari 2/3 dari jalan cerita berkisah tentang duta besar negara Dubai, buatlah catatan dan selesaikan cerita dengan tokoh wanitanya sebagai seorang duta besar. Jangan kembali ke awal dan mulai menulis kembali bagian tokoh tersebut sampai Anda selesai dengan konsep pertama.

8. Tulislah lagi dan lagi. Ingatlah konsep pertama! Sekarang Anda akan menulisnya dari awal. Mengetahui semua detail cerita pada saat ini akan membuat karakter Anda jauh lebih nyata dan dapat dipercaya. Sekarang Anda tahu mengapa tokoh pria ada di pesawat dan mengapa tokoh wanita berdandan seperti anak punk.

9. Tulislah cerita sampai akhir. Saat Anda selesai dengan konsep kedua, Anda akan memiliki semua informasi tentang cerita, karakter,alur cerita utama, dan sub-alur cerita yang diterangkan.

10. Bacalah ulang dan minta pendapat atas karya Anda. Sekarang Anda sudah menyelesaikan konsep kedua. Waktunya untuk membaca cerita tersebut. Bacalah dengan netral sehingga paling tidak Anda dapat bersikap objektif. Mintalah beberapa teman yang Anda hargai pendapatnya untuk membaca karya Anda.

11. Tulislah konsep terakhir. Berbekal catatan hasil membaca cerita tersebut dan masukan dari teman atau penerbit, lanjutkan cerita Anda sekali lagi dan selesaikanlah. Sempurnakan bagian akhirnya, selesaikan konfliknya, hilangkan karakter-karakter yang tidak menambah bobot cerita.


Tips Tambahan:
  • Jika awalnya Anda tidak menyukai sebuah ide, cobalah untuk terus mengembangkannya. Ide tersebut mungkin saja bisa menuntun Anda ke berbagai imajinasi.
  • Menggunakan majas simile dan metafora dalam cerita adalah hal yang menyenangkan! Saat selesai ditulis, simile dan metafora bagaikan aroma bunga mawar dan membuat Anda tampak cerdas sebagai penciptanya.
  • Menulis seharusnya menyenangkan atau malah menyiksa. Tergantung pada siapa Anda bertanya. Kegiatan ini akan membuat Anda merasa bersemangat atau lelah. Tak ada satu cara yang tepat untuk menulis atau merasakan tulisan Anda. Temukan gaya Anda sendiri.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan
  • Jangan melakukan plagiat! Mengakui kata-kata atau ide orang lain sebagai milik Anda adalah kejahatan serius dalam bidang akademik, jurnalistik, dan fiksi. Jika ketahuan, Anda bisa dikeluarkan, dipecat, dituntut, atau masuk dalam daftar hitam dalam penerbitan lain. Jangan lakukan hal itu!
  •  Gunakan kata-kata dengan hati-hati. Tak ada cara yang lebih cepat, jika bisa disebut dengan lalai, daripada menggunakan sebuah kata yang salah yang tidak sesuai dengan kelas kata (part of speech) dalam konteks yang salah. Jika Anda tidak yakin dengan penggunaan sebuah kata, bukalah kamus dan pastikan Anda mengerti makna dan konotasinya.

Sumber
Penulis: Bridget Connolly Bahasa lain:
English: How to Improve Your Writing Skills, Italiano: Come Migliorare le Tue Abilità di Scrittura, Español: Cómo mejorar la escritura, Français: Comment améliorer vos talents d'écriture, Português: Como Melhorar a Habilidade Escrita, 中文: 改进你的写作技能, Deutsch: Deine Schreibfähigkeiten verbessern, Čeština: Jak se zlepšit ve psaní, Русский: улучшить свои писательские навыки, Nederlands: Je schrijfvaardigheid verbeteren

Related Posts:

Dialektika

Hukum-Hukum Tentang Dialektika

(Mengembangkan sifat umum dialektika sebagai ilmu-pengetahuan mengenai antarketerkaitan-antarketerkaitan (inter-connections), berlawanan dengan metafisika.)

Maka itu, hukum-hukum dialektika diabstraksikan dari sejarah alam dan masyarakat manusia. Karena hukum-hukum itu tidak lain adalah hukum-hukum yang paling umum dari kedua aspek perkembangan historikal, maupun dari pikiran itu sendiri. Dan, sebenarnyalah, hukum-hukum itu pada dasarnya dapat dipulangkan pada tiga buah hukum:

Hukum perubahan (transformasi) kuantitas menjadi kualitas dan vice versa;
Hukum penafsiran mengenai yang berlawanan (opposites);
Hukum negasi dari negasi.
Ketiga-tiganya dikembangkan oleh Hegel dalam gaya idealisnya sebagai sekedar hukum-hukum pikiran: yang pertama, dalam bagian pertama karyanya Logic, dalam Doktrin mengenai Keberadaan (Being); yang kedua mengisi seluruh bagian kedua dan bagian yang paling penting dari Logic, Doktrin mengenai Hakekat (Essence); akhirnya, yang ketiga merupakan hukum fundamental bagi rancang- bangun seluruh sistem itu. Kesalahannya terletak pada kenyataan bahwa hukum-hukum ini disisipkan pada alam dan sejarah sebagai hukum-hukum pikiran, dan tidak dideduksi dari situ. Inilah sumber dari seluruh pendekatan yang dipaksakan dan seringkali melampaui batas (keterlaluan); semesta-alam, mau-tidak-mau, mesti bersesuaian dengan sebuah sistem pikiran yang sendiri cuma produk dari suatu tahap tertentu dari evolusi pikiran manusia. Jika kita membalikkan semuanya itu, maka segala sesuatu menjadi sederhana, dan hukum-hukum dialektika yang tampak begitu luar-biasa misterius dalam filsafat idealis seketika menjadi sederhana dan jelas seperti siang-hari bolong.

Lagi pula, setiap orang, bahkan yang sedikit saja mengenal Hegel, akan menyadari bahwa dalam beratus pasase Hegel berkemampuan memberikan gambaran-gambaran individual yang paling jelas mengenai hukum-hukum dialektika dari alam dan sejarah.

Di sini kita tidak bermaksud menulis sebuah buku pedoman mengenai dialektika, melainkan hanya untuk menunjukkan bahwa hukum-hukum dialektika itu adalah hukum-hukum nyata mengenai perkembangan alam, dan karenanya berlaku juga bagi ilmu-pengetahuan alam teoretikal. Karenanya kita tidak dapat memasuki bagian dalam antar-keterkaitan hukum-hukum ini satu sama yang lainnya.

1. Hukum perubahan dari kuantitas menjadi kualitas dan vice versa. Untuk maksud kita, dapat kita ungkapkan ini dengan mengatakan bahwa dalam alam, dengan suatu cara yang secara tepat ditetapkan untuk setiap kasus individual, perubahan-perubahan kualitatif hanya dapat terjadi oleh penambahan kuantitatif atau pengurangan kuantitatif dari materi atau gerak (yang dinamakan energi).

Semua perbedaan kualitatif dalam alam berlandaskan pada perbedaan-perbedaan komposisi (susunan) kimiawi atau pada kuantitas- kuantitas atau bentuk-bentuk gerak (energi) yang berbeda-beda atau, sebagaimana hampir selalu halnya, pada kedua-duanya. Maka itu tidaklah mungkin mengubah kualitas sesuatu tanpa pertambahan atau pengurangan materi atau gerak, yaitu, tanpa perubahan sesuatu yang bersangkutan itu secara kuantitatif. Dalam bentuk ini, karenanya, azas misterius dari Hegel itu tampak tidak hanya sangat rasional, melainkan bahkan jelas sekali.

Nyaris tidak perlu dinyatakan lagi, bahwa berbagai keadaan benda-benda secara allotropik (allotropy=variasi sifat-sifat fisikal tanpa perubahan substansi) dan agregasional (terkumpul jadi satu), karena mereka bergantung pada berbagai pengelompokan molekul-molekul, bergantung pada jumlah-jumlah yang lebih banyak atau lebih sedikit dari gerak yang dikomunikasikan pada benda-benda itu.

Tetapi, bagaimana tentang perubahan bentuk atau gerak, atau yang disebut energi? Apabila kita mengubah panas menjadi gerak mekanikal atau vice versa, tidakkah kualitas diubah sedangkan kuantitasnya tetap sama? Benar sekali. Tetapi dengan perubahan bentuk atau gerak itu adalah seperti dengan kejahatan-kejahatan Heine; setiap orang jika sendirian bisa saja saleh, luhur-berbudi, karena untuk kejahatan-kejahatan selalu diperlukan dua orang. Perubahan bentuk atau gerak selalu merupakan suatu proses yang terjadi di antara sedikitnya dua benda, yang satu kehilangan sejumlah tertentu gerak dari suatu kualitas (misalnya, panas), sedangkan yang satu lagi memperoleh kuantitas gerak dari kualitas lain yang bersesuaian (gerak mekanikal, listrik, dekomposisi kimiawi). Di sini, karenanya, kuantitas dan kualitas saling bersesuaian satu sama lain. Sejauh ini belum ditemukan kemungkinan untuk mengubah suatu bentuk gerak menjadi satu bentuk gerak yang lain dalam sebuah benda tunggal yang terisolasi.

Di sini yang pertama-tama kita permasalahkan adalah benda-benda tidak-hidup (benda mati); hukum yang sama berlaku bagi benda-benda hidup, tetapi ia beropperasi dalam kondisi-kondisi yang sangat kompleks dan pada waktu sekarang pengukuran kuantitatif acapkali masih belum mungkin bagi kita.

Jika kita membayangkan sesuatu benda mati terpotong menjadi potongan-potongan lebih kecil dan lebih kecil lagi, mula-mula tidak terjadi perubahan kualitatif. Namun ini ada batasnya: jika kita berhasil, seperti dengan penguapan (evaporasi), dalam memperoleh molekul-molekul terpisah itu dalam keadaan bebas, maka benarlah bahwa kita lazimnya dapat membaginya lebih lanjut, namun hanya dengan suatu perubahan kualitas secara menyeluruh. Molekul itu didekomposisi ke dalam atom-atomnya yang terpisah-pisah, yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dengan sifat-sifat molekul itu. Dalam hal molekul-molekul itu terdiri atas berbagai unsur kimiawi, atom-atom atau molekul-molekul unsur-unsur itu sendiri muncul sebagai gantinya molekul persenyawaan itu; dalam hal molekul-molekul unsur-unsur, tampillah/muncullah atom-atom bebas yang menimbulkan akibat-akibat/efek-efek kualitatif yang sangat berbeda-beda; atom-atom bebas dari oksigen yang lahir secara mudah dapat menghasilkan yang tidak pernah dapat dicapai oleh atom-atom dari oksigen atmosferik, yang terikat menjadi satu di dalam molekul itu.

Tetapi, molekul itu secara kualitatif juga berbeda dari massa benda yang padanya molekul itu termasuk. Ia dapat melakukan gerakan-gerakan secara bebas dari massa itu dan selagi yang tersebut belakangan itu tampak lembam, yaitu misalnya, vibrasi- vibrasi panas; melalui suatu perubahan posisi dan keterkaitan dengan molekul-molekul di sekitarnya ia dapat mengubah benda itu menjadi suatu allotrope atau suatu keadaan agregasi yang berbeda.

Dengan demikian kita melihat bahwa operasi pembagian yang semurninya kuantitatif itu mempunyai suat batas di mana ia menjadi terubah menjadi suatu perbedaan kualitatif: massa itu terdiri semata-mata atas molekul-molekul, tetapi ia sesuatu yang pada pokoknya berbeda dari molekul itu, tepat sebagaimana yang tersebut belakangan berbeda dari atom. Perbedaan inilah merupakan dasar bagi pemisahan mekanika, sebagai ilmu dari massa-massa ruang angkasa dan bumi, dari ilmu fisika, sebagai mekanika molekul-molekul, dan dari ilmu kimia, sebagai ilmu fisika atom-atom.

Di dalam ilmu mekanika, tidak terjadi kualitas-kualitas; paling-paling keadaan-keadaan seperti keseimbanghan (ekuilibrium), gerak, energi potensial, yang kesemuanya bergantung pada perpindahan/peralihan (transference) gerak yang dapat diukur dan sendirinya berkemampuan ekspresi (pernyataan) kuantitatif. Karenanya, sejauh perubahan kualitatif terjadi di sini, itu ditentukan oleh suatu perubahan kuantitatif yang bersesuaian.

Di dalam ilmu fisika, benda-benda diperlakukan sebagai yang secara kimiawi tidak dapat diubah atau tidak berbeda; kita berurusan dengan perubahan-perubahan keadaan-keadaan molekularnya dan dengan perubahan bentuk gerak, yang dalam semua kasus, sekurang-kurangnya pada satu dari kedua sisinya, membuat molekul itu beraksi. Di sini setiap perubahan adalah suatu transformasi kuantitas menjadi kualitas, suatu konsekuensi dari perubahan kuantitatif dari jumlah suatu atau lain bentuk gerak yang dikandung di dalam benda itu atau yang dikomunikasikan padanya.

"Demikianlah temperatur (suhu) air adalah, pertama-tama, sesuatu yang tidak ada artinya dalam hubungan likuiditasnya; betapapun dengan peningkatan atau pengurangan suhu air cair, tercapailah suatu titik di mana keadaan kohesi ini berubah dan air itu diubah menjadi uap atau es." (Hegel, Enzyklopädie, Gesamtausgabe, Bd.VI, Hal.217.)

Demikian pula, suatu kekuatan arus minimum tertentu dipersyaratkan agar kawat platinum dari sebuah lampu pijar listrik menyala; dan setiap metal memiliki suhu pijar dan padunya, setiap cairan mempunyai titik beku dan didihnya yang tertentu pada suatu tekanan tertentu --sejauh alat kita memungkinkan kita mereproduksi suhu yang diperlukan; akhirnya, setiap gas juga mempunyai titik kritikalnya, di mana ia dapat dicairkan lewat tekanan dan pendinginan. Singkatnya, yang disebut konstan-konstan fisikal untuk sebagaian besar tidak lain dan tidak bukan adalah penandaan-penandaan (designations) titik-titik nodal di mana perubahan kuantitatif (berupa) pertambahan atau pengurangan gerak menghasilkan perubahan kualitatif dalam keadaan benda bersangkutan, di mana, karenanya, kuantitas diubah menjadi kualitas.

Namun, bidang di mana hukum alam yang ditemukan oleh Hegel itu merayakan kejayaannya yang paling penting adalah bidang ilmu kimia. Ilmu kimia dapat diistilahkan ilmu mengenai perubahan-perubahan kualitatif dari benda-benda sebagai hasil komposisi kuantitatif yang berubah. Hal itu sudah diketahui oleh Hegel sendiri. (Logik, Gesamtausgabe, III, hal. 433.) Seperti dalam hal oksigen: jika tiga atom bersatu ke dalam sebuah molekul, gantinya yang lazimnya dua buah, kita mendapatkan ozone, suatu benda yang amat sangat berbeda dari oksigen biasa dalam bau dan reaksi- reaksinya. Dan memang, berbagai proporsi yang di dalamnya oksigen berpadu dengan nitrogen atau sulfur, yang masing-masing menghasilkan suatu substansi yang secara kualitatif berbeda dari setiap lainnya! Betapa berbeda gas ketawa (nitrogen monokside N2O2) dari nitrik anhydride (nitrogen pentoxide, N2O5)! Yang pertama adalah suatu gas, yang kedua pada suhu-suhu normal adalah suatu substansi kristalin padat. Namun begitu, seluruh perbedaan dalam komposisi yalah bahwa yang kedua itu mengandung oksigen yang lima kali lipat lebih banyak daripada yang pertama, dan di antara keduanya itu terdapat tiga okside nitrogen lebih banyak (NO, N2O3, NO2), yang masing-masingnya secara kualitatif berbeda dari dua yang pertama dan satu sama lainnya.

Hal ini tampak lebih menyolok lagi dalam deretan gabungan-gabungan karbon homolog, terutama dari hidrokarbon-hidrokarbon yang lebih sederhana. Dari parafin-parafin normal, yang terendah jalah methani, CH4; di sini keempat kaitan atom karbon dijenuhi oleh empat atom hidrogen. Yang kedua, ethane, C2H6, mempunyai dua atom karbon yang tergabung dan keenam kaitan bebas itu dijenuhi dengan enam atom hidrogen. Dan begitulah seterusnya, dengan C3H8, C4H10, dan seterusnya, sesuai rumusan aljabar CnH2n+2, sehingga dengan setiap penambahan CH2 terbentuk sebuah benda yang secara kualitatif berbeda dari sebuah yang terdahulu. Tiga anggota paling rendah dari deretan itu adalah gas-gas, yang tertinggi yang dikenal, hexadecane, C16H34, adalah suatu benda padat dengan suatu titik didih 270°C. Tepat seperti itu pula yang berlaku bagi deretan alkohol-alkohol primer dengan formula CnH2n+2O, yang diderivasi (secara teoretikal) dari parafin-parafin, dan deretan asam-asam lemak monobasik (formula CnH2nO2). Perbedaan kualitatif yang dapat ditimbulkan oleh penambahan kuantitatif C3H6, diajarkan oleh pengalaman jika kita minum Ethyl Alkohol, C2H6O, dalam bentuk cair (yang dapat diminum) tanpa penambahan alkohol-alkohol lainnya, dan pada suatu kesempatan lain minum ethyl alkohol yang sama itu, tetapi dengan menambahkan sedikit saja amyl alkohol, C5H12O, yang menjadi pembentuk utama dari minyak pelebur (fusel) yang mengerikan itu. Kepala seseorang pasti akan menyadari akan hal itu di pagi esok harinya, suatu siksaan yang sangat; sehingga seseorang bahkan dapat mengatakan bahwa kemabokan itu, dan perasaan "keesokan pagi" berikutnya itu, adalah juga kuantitas yang diubah menjadi kualitas, di satu pihak dari ethyl alkohol dan di lain pihak dari tambahan C3H6 ini.

Di dalam deretan ini kita menjumpai hukum Hegelian itu dalam bentuk yang lain lagi. Anggota-anggota yang lebih rendah hanya memperkenankan suatu saling-pengaturan tunggal dari atom-atom. Namun, jika jumlah atom-atom yang digabung menjadi sebuah molekul mencapai suatu ukuran yang secara tetap ditentukan bagi setiap deretan, maka pengelompokan atom-atom itu di dalam molekul dapat terjadi dalam lebih dari satu cara; sehingga dua atau lebih substansi isomerik dapat dibentuk, yang mempunyai jumlah-jumlah sama dari atom-atom C, H dan O di dalam molekul itu, tetapi bagaimanapun secara kualitatif berbeda satu sama lainnya. Kita bahkan dapat memperhitungkan berapa banyak isomer-isomer seperti itu dimungkinkan bagi setiap anggota dari deretan itu. Demikianlah, dalam deretan-deretan parafin, bagi C4H10 terdapat dua, bagi C5H12 terdapat tiga; di antara anggota-anggota lebih tinggi, jumlah isomer yang mungkin bertambah dengan sangat cepat. Karenanya, sekali lagi, adalah jumlah kuantitatif atom-atom itu di dalam molekul yang menentukan kemungkinan itu dan, sejauh yang telah dibuktikan, juga keberadaan sesungguhnya dari isomer-isomer yang secara kualitatif berbeda seperti itu.

Masih ada lagi. Dari analogi substansi-substansi yang kita kenal/ketahui dalam setiap dari deretan-deretan ini, kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai sifat-sifat fisikal dari anggota-anggota yang masih belum dikenal/diketahui dari deretan-deretan ini dan, sedikitnya bagi anggota-anggota yang segera menyusul anggota-anggota yang diketahui, memprediksikan sifat-sifatnya, titik didihnya, dan sebagainya, secara agak pasti.

Akhirnya, hukum Hegelian kesahihannya tidak hanya bagi substansi-substansi gabungan, melainkan juga bagi unsur-unsur kimiawi itu sendiri. Kini kita mengetahui bahwa

"sifat-sifat kimiawi unsur-unsur adalah suatu fungsi periodikal dari bobot-bobot atomiknya" (Roscoe-Schorlemmer, Ausführliches Lehrbuch der Chemie, II, hal.823),

dan bahwa, karenanya, kualitas mereka ditentukan oleh kuantitas berat atomik mereka. Dan pengujian atas hal ini telah dilakukan dengan gemilang. Mendeleyev telah membuktikan bahwa berbagai celah terdapat/terjadi dalam deretan-deretan unsur-unsur bersangkutan yang diatur menurut berat-berat atomik yang menandakan bahwa di sini unsur-unsur baru masih harus ditemukan. Jauh sebelumnya telah diuraikannya sifat-sifat kimiawi umum dari salah-satu dari unsur-unsur yang belum diketahui ini, yang disebutnya eka-aluminium, karena itu menyusul sesudah aluminium di dalam deretan-deretan yang dimulai dengan yang tersebut belakangan, dan ia memprediksikan perkiraan berat khusus dan atomik maupun volume atomiknya. Beberapa tahun kemudian, Lecoq de Bois-baudran benar-benar menemukan unsur ini, dan prediksi-prediksi Mendeleyev cocok benar dengan hanya kelainan-kelainan sangat kecil. Eka-aluminium dinyatakan dalam gallium (ibid., hal. 828). Dengan cara penerapan--secara tidak sadar--hukum Hegel mengenai transformasi kuantitas menjadi kualitas, Mendeleyev mencapai suatu hasil ilmiah yang luar biasa, yang tidaklah berlebih- lebihan jika disamakan dengan hasil Leverrier dalam memperhitungkan orbit planet yang hingga saat itu belum dikenal, yaitu planet Neptune.

Di dalam ilmu biologi, seperti halnya dalam sejarah masyarakat manusia, hukum-hukum yang sama berlaku pula pada setiap langkah, namun kita lebih suka berurusan dengan contoh-contoh dari ilmu- ilmu pasti, karena di sini kuantitas-kuantitas dapat diukur dan dilacak secara cermat.

Barangkali orang terhormat yang sama yang hingga kini telah menolak transformasi kuantitas menjadi kualitas sebagai mistisisme dan transendentalisme yang tidak masuk akal, kini akan menyatakan bahwa itu benar-benar sesuatu yang sangat gamblang, tidak berarti, dan biasa-biasa saja, yang telah lama mereka gunakan, dan dengan begitu mereka tidak mendapatkan pelajaran apapun yang baru. Tetapi dengan--untuk pertama kalinya--telah dirumuskan suatu hukum perkembangan umum dari alam, masyarakat dan pikiran, dalam bentuknya yang kesahihannya bersifat universal, itu untuk selamanya akan merupakan suatu langkah yang bermakna historikal. Dan apabila tuan-tuan ini selama bertahun-tahun telah menyebabkan ditransformasikannya kuantitas dan kualitas hingga tercampur aduknya satu sama yang lainnya, tanpa mengetahui apa yang sedang mereka lakukan itu, maka mereka mesti menghibur diri mereka sendiri dengan Monsieur Joudain-nya Molière yang sepanjang hidupnya mengucapkan prosa tanpa sedikitpun mengerti yang dikatakannya.

Ditulis oleh: Friedrich Engels
Alih bahasa: Ira Iramanto
Sumber: marxist.org

Related Posts:

Ekonomi Politik Kaum Buruh

Tentang Serikat Buruh
Berjuang di Tempat Kerja

Ada banyak perusahaan dan tempat kerja lainnya yang tersebar di berbagai lokasi, kota dan pedesaan. Ada berbagai macam cara pula bagaimana para pemilik perusahaan dan penguasa tempat-tempat kerja ini menata dan mengaturnya. Dan di situlah pula para penjual tenaga kerja (buruh) menjalankan kewajiban kerjanya untuk orang-orang yang mempekerjakannya.
Hubungan-hubungan yang berlangsung di berbagai tempat kerja, memang perlu diamati guna mengumpulkan berbagai informasi dan kemudian melengkapi sebagai rumusan rencana bertindak ketika menghadapi masalah: rumusan tentang berjuang di tempat kerja.

Apakah tempat kerja itu?
Setiap buruh atau penjual tenaga kerja pasti tahu di tempat seperti apa mereka bekerja. Misalnya, buruh yang bekerja di pabrik, bekerja di perkebunan, bekerja di pertambangan, bekerja di perhotelan, bekerja di bank, kantor LSM, bekerja di sekolah atau universitas, bekerja di kantor-kantor pemerintah, serta bekerja di bandara dan pelabuhan. Semua itu adalah tempat-tempat kerja di mana buruh bekerja.

Pertama, tempat kerja adalah tempat di mana buruh atau penjual tenaga kerja menjalankan kegiatan kerjanya. Tempat kerja berarti tempat tersedianya alat-alat atau sarana-sarana kerja yang dipergunakan buruh atau para penjual tenaga kerja untuk menjalankan kegiatan kerjanya.

Kedua, tempat kerja juga merupakan tempat di mana perusahaan-perusahaan milik pengusaha dan milik negara atau orang-orang yang menguasainya melakukan penataan dan pengaturan terhadap orang-orang yang dipekerjakan. Tempat-tempat kerja ini diatur berdasarkan hak milik atau otoritas yang dimilikinya. Artinya, tempat kerja ini ada pemilik atau penguasanya.


Ketiga, tempat kerja merupakan tempat di mana masalah-masalah hubungan kerja berlangsung. Buruh sebagai golongan yang dipekerjakan menghadapi berbagai masalah hubungan kerja dalam perusahaan dan tempat kerja lainnya.

Keempat, tempat kerja bisa digunakan buruh untuk melancarkan perjuangannya. Karena munculnya masalah-masalah hubungan kerja, maka buruh juga berjuang mengajukan tuntutan-tuntutannya kepada pihak yang mempekerjakannya.

Apa yang dialami buruh dalam hubungan kerja? Hubungan kerja (produksi) adalah hubungan di mana buruh mengeluarkan tenaga kerjanya - sebuah tenaga yang luar biasa hebatnya - untuk menghasilkan produk. Dengan tenaga inilah buruh dapat menghasilkan banyak barang dan jasa sesuai dengan kemampuannya.

Berhubung tenaga kerja melekat dalam tubuh buruh, maka penggunaannya yang terus-menerus pastilah membahayakan kesehatan dan keselamatan buruh. Penggunaannya harus dibatasi, katakanlah, 8 jam sehari. Bila lembur, juga harus dibatasi, terutama yang lebih banyak menggunakan tenaga fisiknya seperti menjahit, memotong, mengangkut dan mengepak barang. Karena mata, tangan dan anggota tubuh lainnya bisa mengalami kelelahan. 

Penggunaan diluar batas kemampuannya akan merusak sel-sel tubuh buruh. Dalam bekerja, buruh merasakan dan mengalami kelelahan. Apalagi dengan konsentrasi dan terus-menerus. Terlebih lagi buruh menghadapi bagian-bagian yang sama sepanjang pekerjaannya. Buruh bisa bosan, muak serta sekaligus kantuk. Itu-itu melulu untuk memenuhi kerjanya pada pengusaha. Karena itu, buruh perlu istirahat dan memenuhi kebutuhan hidupnya yang cukup agar buruh dapat memulihkan tenaganya untuk digunakan kembali esok harinya.

Walaupun sudah mengeluarkan tenaga berjam-jam, buruh tak lepas dari pengawasan. Di antara mereka banyak yang dimata-matai ketika bekerja. Bahkan ada yang dimarahi atau dibentak. Bagi buruh perempuan, tak jarang mengalami pelecehan: diganggu secara seksual. Ada yang hamil sulit mendapatkan cuti hamil. Ada pula yang mengalami haid, tak diberikan cuti haid.

Apakah buruh harus menerima saja nasibnya? Di antara buruh, ada yang menerima begitu saja nasibnya dan ada pula yang tak hanya berdiam diri diperlakukan sewenang-wenang berdasarkan aturan-aturan pengusaha seperti PHK, upah dan tunjangan kerja yang belum dibayar atau dipotong, pengusaha belum menaikkan UMR, atau dihukum jemur.

Tapi banyak tindakan yang diambil buruh, lebih bersifat spontan: tanpa perencanaan. Ketika menolak diperlakukan sewenang-wenang, buruh secara spontan mengajukan tuntutan baik dalam bentuk petisi dan poster atau pamflet maupun aksi mogok kerja dan demonstrasi.
Walaupun begitu, menolak perlakuan sewenang-wenang dengan bentuk apa pun - sepanjang bukan perusakan atau kriminal (menurut aturan pengusaha yang berlaku umum) - tindakan spontan buruh sudah mencerminkan kemajuan bagi kesadaran buruh itu sendiri. Mereka sudah bisa membedakan mana yang sewenang-wenang dan mana pula yang benar (menurut aturan pengusaha yang berlaku umum).

Aksi-aksi yang dilakukan buruh secara spontan mencerminkan tahapan perkembangan dalam menanggapi perkembangan situasinya. Buruh juga tak perlu berkecil hati karena kelemahan dan kekurangannya dalam membangun alat-alat perjuangannya sendiri. Tahap seperti ini bisa dikatakan sebagai tahap awal, yang harus dilanjutkan dengan tahapan berikutnya.

Yang terpenting bagi buruh adalah semangatnya untuk tidak menyerah atau putus asa terhadap satu-dua kegagalan. Dan yang lebih penting lagi adalah belajar dari kegagalan-kegagalan sebelumnya, sehingga bisa ditarik pelajaran berharga. Buruh harus melatih diri untuk keluar dan membebaskan diri dari keadaan putus asa.

Apa saja masalah yang muncul di tempat kerja?
Seperti sudah ditunjukkan, tempat kerja merupakan tempat di mana masalah-masalah hubungan kerja dan lainnya muncul dan berkembang. Kita perlu melihat masalah-masalah yang muncul dan berkembang di tempat-tempat kerja.

Pertama, sudah umum bila buruh menghadapi masalah upah. Bisa bermasalah karena pemilik perusahaan belum memberlakukan UMR yang sudah dikeluarkan pemerintah. Bisa juga karena upah yang diberlakukan terlalu rendah. Dan juga bisa karena pihak pengusaha menjanjikan kenaikan upah atau gaji secara berkala setahun atau dua tahun sekali.

Kedua, sudah banyak perusahaan memberlakukan tunjangan. Bahkan sudah berlaku UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Selain asuransi, buruh juga membutuhkan tunjangan kerja (sudah lebih setahun kerja), tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, dan tunjangan makan dan transpor. Kalangan pegawai negara dan buruh perusahaan negara sudah umum ada pensiun, tapi perusahaan swasta masih banyak belum punya program pensiun.

Ketiga, berbagai keberhasilan yang diraih perusahaan, buruh juga membutuhkan bonus tahunan atas prestasi yang dihasilkannya. Buruh menyadari bahwa keuntungan-keuntungan perusahaan sama sekali tidak lepas dari hasil kerja mereka. Kesadaran ini telah membangkitkan mereka untuk menuntut bonus dari keuntungan yang selama ini dipetik pihak pengusaha.

Keempat, dalam penerapan perjanjian kerja bisa timbul berbagai masalah baik perjanjian kerja individual maupun kolektif (dengan serikat). Perjanjian kerja individual menyangkut waktu kerja dan jenis pekerjaan beserta disiplin yang diterapkan. Sedangkan kolektif tertuang dalam KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) antara perusahaan dengan serikat buruh. Begitu juga masalah status hubungan baik temporer maupun permanen.

Kelima, buruh juga banyak menghadapi masalah PHK. Perusahaan bisa berdalih karena bangkrut, buruh tidak disiplin, atau buruh mengundurkan diri, PHK terjadi. Setiap usai
pemogokan buruh, sering terjadi PHK, karena pihak pengusaha sudah memata-matai orang yang dianggap pemimpin buruh dalam aksi mogok tersebut.

Keenam, banyak tindakan buruh dalam menyampaikan tuntutan di lakukan dengan aksi mogok serta unjuk rasa. Hak mogok bukan hanya diakui, tapi juga sudah dijamin oleh UU. Artinya, bila ada masalah di tempat kerja, buruh berhak mengungkapkannya dengan cara mogok kerja dan unjuk rasa. Mogok dan unjuk rasa ini merupakan salah cara dalam meningkatkan posisi tawar buruh terhadap pengusaha. Cara lainnya adalah berunding dengan pengusaha dalam menyampaikan tuntutan-tuntutan buruh.

Ketujuh, bagi kalangan buruh perempuan secara alamiah mengalami haid dan mereka juga mengalami hamil. Demi kesehatan mereka, seharusnya diberlakukan cuti haiddan hamil (beserta melahirkan). Masalah ini sudah banyak dialami, sehingga pihak pengusaha tidak peduli terhadap buruh yang haid dan hamil. Begitu juga buruh membutuhkan cuti tahunan untuk memulihkan rasa bosan dan muak selama menghadapi situasi di tempat kerja agar mereka dapat memanfaatkan cuti mereka dengan tetap dibayar upahnya.

Kedelapan, setiap tempat kerja, buruh membutuhkan alat mereka berkumpul, meningkatkan wawasan, membahas masalah-masalah mereka secara bersama dan menyampaikan tuntutan bersama di dalam sebuah serikat buruh. Hak buruh berserikat buruh dijamin oleh UU, sehingga tidak ada dalih untuk mencegah buruh membentuk dan menjalankan kegiatan-kegiatan serikat buruh. Pihak pengusaha juga harus menyediakan fasilitas bagi ruangan berkumpul untuk serikat buruh.

Kesembilan, dalam bekerja, buruh pasti mengalami rasa penat, lelah dan capek, sehingga dibutuhkan waktu istirahat untuk memulihkan fisik dan mental mereka. Dalam 8 jam kerja, waktu istirahatnya bisa berlangsung satu jam. Selain itu, dalam seminggu, buruh juga membutuhkan waktu libur sehari atau dua hari.

Kesepuluh, dalam bekerja, buruh harus dilindungi dari kegiatan-kegiatan kerja yang membahayakan dirinya. Setiap tempat kerja harus memiliki ventilasi yang cukup atau ruangan yang cukup bagi kesehatan buruh. Begitu juga dalam menggunakan bahan-bahan kimia, buruh harus disediakan alat pelindung agar tidak membahayakannya.

Kesebelas, bisa terjadi kecelakaan kerja di tempat kerja. Buruh bisa saja mengalami keracunan makanan atau mengalami luka ketika menjalankan kerja dengan mesin-mesin dan lainnya. Pihak pengusaha harus menanggung pengobatan bagi buruh yang mengalami kecelakaan kerja.

Keduabelas, bisa pula terjadi buruh diperlakukan sewenang-wenang di luar aturan kerja seperti memberlakukan sanksi fisik atau melakukan pelecehan dan diskriminasi seksual terhadap buruh perempuan. Masalah-masalah ini juga bisa memicu konflik terbuka.
Masih banyak lagi masalah-masalah yang muncul di tempat kerja. Tapi secara umum, buruh menghadapi masalah dengan pihak pengusaha atau penguasa tempat kerja. Masalah-masalah ini cukup dipaparkan seperti itu.

Apakah buruh perlu serikat buruh?
Sebagai golongan mayoritas di tempat kerja, buruh menghadapi berbagai masalah hubungan kerja dan perlakuan yang sewenang-wenang. Untuk memecahkan masalah-masalah hubungan kerja, tak akan dapat dilakukan sendiri-sendiri, melainkan secara bersama-sama. Untuk memecahkan masalah bersama-sama ini berarti buruh mulai membutuhkan organisasi di tempat kerja. Organisasi ini biasa dinamakan serikat buruh.

Pertama, kebutuhan buruh akan sebuah serikat buruh bertujuan memperjuangkan dan memenangkan kepentingan-kepentingan tertentu buruh dalam hubungannya dengan pengusaha. Misalnya, memenangkan kenaikan upah dan tunjangan atau perbaikan kondisi kerja.

Kedua, serikat buruh diperlukan selain alat perjuangan, juga untuk meningkatkan keterampilan buruh dalam berorganisasi. Mereka dapat berkumpul, membahas masalah secara bersama, mengadakan pelatihan, membuat terbitan, penelitian, mengkomunikasikan masalah-masalah, serta meningkatkan solidaritas sebagai golongan senasib sepenanggungan. Serikat buruh menjadi alat perjuangan buruh secara langsung di tempat-tempat kerja.

Ketiga, buruh memerlukan serikat buruh juga dapat digunakan untuk menjalin hubungan dengan serikat-serikat buruh dan organisasi lainnya di luar tempat kerjanya baik secara sektoral maupun non-sektoral. Mereka dapat mengembangkannya menjadi hubungan kerjasama agar meningkat ke tingkat kota, wilayah dan kemudian tingkat nasional dan sampai tingkat internasional. Dengan cara inilah buruh dapat membangun solidaritas yang lebih luas.

Bagaimana membentuk serikat buruh?
Serikat buruh jelas bukan organisasi pengusaha. Karena pengusaha sudah punya organisasinya sendiri, yakni perusahaan. Bahkan dengan sesamanya, pengusaha membentuk asosiasi-asosiasi seperti Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia). Secara sektoral, pengusaha punya organisasi seperti API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia). Jadi, serikat buruh benar-benar organisasi buruh.

Bagaimana caranya membentuk serikat?  
Pertama, buruh harus berkumpul dan menyampaikan usulan untuk membentuk serikat. Pengusaha tidak dibenarkan ikut campur dalam pembentukan serikat buruh. Setelah berkumpul dan menyampaikan usulan, buruh-buruh yang berada di tempat kerja ini menyatakan kesepakatannya dan membentuk panitia.

Kedua, buruh harus menyelenggarakan pemilihan pengurus (pimpinan) serikat buruh yang hendak dibentuknya. Selain pengurus, buruh juga dapat memilih anggota yang duduk dalam majelis anggota sebagai wakil anggota serikat buruh yang akan menjalankan fungsi pengawasan terhadap jalannya serikat buruh.

Ketiga, serikat buruh yang dibentuk dan dideklarasi itu, juga harus dibuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sehingga aturannya jelas bagi anggota-anggota serikat yang telah memilih pengurus dan majelis serta bagi anggota serikat, termasuk besar iuran anggota dan cara penarikannya serta mengatur Rapat Anggota secara berkala.

Keempat, pengurus serikat buruh harus menyusun rencana program dan kegiatan-kegiatannya untuk disampaikan rencana ini kepada anggota-anggota serikat. Dengan adanya program dan kegiatan, fungsi serikat buruh dapat berjalan untuk para anggota dan buruh-buruh yang belum menjadi anggotanya.

Cara pembentukan dan pelaksanaan serikat buruh seperti itu adalah demokratis. Karena serikat buruh adalah organisasi dari, oleh dan untuk buruh.

Diskusi
  1. Apa yang Anda ketahui tentang perusahaan dan tempat kerja lainnya? Masalah-masalah apa saja yang muncul di tempat-tempat kerja? Dapatkah diidentifikasi dengan tepat masalah-masalah tersebut? Dapatkah dipilah mana yang prioritas?
  2. Bagaimana pemilik perusahaan dan penguasa tempat kerja mengatur dan mengorganisasikan buruh-buruh yang bekerja? Berapa banyak buruh yang diorganisasikan pengusaha di tempat kerja Anda? Bagaimana keadaan buruh-buruh di situ?
  3. Apakah buruh merasa perlu mengorganisasikan diri sendiri di tempat kerja? Bagaimana caranya membentuk sebuah serikat buruh? Dapatkah serikat buruh Anda berfungsi dalam mengorganisasikan dan memperjuangkan kepentingan buruh? Apakah semua buruh menjadi anggota serikat? Mengapa masih banyak buruh yang enggan menjadi anggota?
  4. Dapatkah buruh membangun serikat buruhnya yang kuat? Bagaimana caranya membangun serikat buruh yang kuat? Apakah buruh dapat mempelajari cara-cara dan teknik-teknik pembangunan serikat buruh yang kuat? Dari manakah sumber-sumber pelajaran itu diperoleh?
  5. Apakah serikat buruh dihidupi oleh anggota? Berapa iuran per bulan yang ditarik dari anggota? Apakah iurannya lancar? Dapatkah dari iuran ini serikat buruh menjalankan kegiatan-kegiatan bagi kepentingan buruh? Apa saja kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan buruh.

Related Posts: