Renung Senja 17

Tidak mungkin Allah menciptakan manusia tidak beserta desain-desain khusus yang melingkupinya. Jasadnya, fisiknya, elemen-elemen hardware maupun sofwarenya. Kecondongan manusia satu dengan yang lainnya. Bakat, ketrampilan, cara pandang maupun arah berpikirnya, kreativitasnya, ‘sekuel’ manajement hatinya, kelebihan dan kekurangannya. Allah melengkapi semua struktur itu, itulah mengapa manusia disebut unik. Dari sidik jari hingga bentuk jempol kaki. Model rambut hingga lebar telinga, dan apapun saja. Tidak ada satu persamaan pun disetiap hadrware maupun sofware manusia sama. Allah maha detail atas segala hal. 

Maka, pluralisme sesungguhnya tidak ada. Karena hakikat perbedaan maupun keberagaman menjadi kenistaan, sunnatullah yang nyata. Plurali-tas yang menjadi hakikat sunnatullah tereduksi menjadi plural-isme. Ia menjadi faham, aliran, madzhab, golongan, dari sekian keberagaman yang ada. 


Who Am I

Kontekstualitas makna Khalifatullah Fil Ard—secara subtansial—adalah menjadi wakil Allah di bumi. Begitu general. Allah ngejamm sama anda. Ia bikin pohon, lalu anda mentransformasikannya menjadi kayu, pintu, jendela, dan lain-lain. Allah siapkan logam, anda meng-kretivitasinya menjadi gitar, sharon, baot, paku, dan apapun saja. Allah mencipta angin, anda pun ‘mengeksploitirnya’ menjadi teknologi canggih. Kipas angin, Ac, dan lain sebagainya. 

Begitupun dengan anda ‘yang’ manusia. Sebagaimana yang dikatakan Cak Nun “ Anda harus tahu tentang ilmu sangkan paran. Ilmu tentang asal usul. Siapa sesungguhnya dirimu, apa yang dimaui Tuhan kepadamu “. 

Ciptakan sensivitas yang dalam untuk menyelidiki kecenderungan-kecenderunganmu, kreativitasmu, pola pikirmu, keinginanmu. Tuhan sudah siapkan fasilitas internal dalam diri manusia agar anda mampu ber-khalifah di muka bumi.   

Tanya kepada Tuhan untuk apakah anda diciptakan.

Related Posts:

Pak Tua ngomong soal energi dan cahaya I

Rek, tak kandani yo. Iki asli. Pak Tua sing biasane teko ben isuk lan sore nggolek sak jumput-rong jumput kopi karo rokok iku pancen wali. Haha. Wes tah percoyo ae. Percoyo gak percoyo poko’e ngene iki.


Pinter-pinterlah bersyukur kepada Allah tentang apa-apa yang sudah Allah kasih kepada kita. Tidak hanya terbatas pada skala luas menyangkut lingkup materi, wadag, yang kadang-kadang aku banyak terjebak disini. Struktur materi kan banyak. Ia bisa terpola pada satu kesatuan wujud harta benda, maupun cara pandang tentang harta benda itu sendiri—materialistik. 

lho emang kita gak boleh materialistik ya, itu satu ilmu yang diberikan Tuhan agar kamu bisa mengolah harta Bung “ 

“ Ndak gitu juga maksudku Bang “ 

“ Lha terus. Mbok jangan nemen-nemen menghimpit dan mencerca dunia (baca,- harta), lha wong kamu sendiri adalah bagian dari dunia itu sendiri “  

“ Aku ndak mempersoalkan bentuk padatan dari dunia itu Bang. Yang kuprotes adalah cara pandang keliru dari adanya dunia itu sendiri. Lha kita kan khalifah. Mestinya, derajat kita adalah diatas dunia, bukan kita yang’ndilati pantatnya’ dunia. 

Kamu sudah mulai ber-silat lidah “ 

“ Berfilsafat Bang “ 

“ Yo wes. Di udud dulu trubusnya, ben encer “  

Dengan analogi sederhana, uang adalah materi. Sedang nilai dari materi adalah ya materi. Ia tidak bermakna apa-apa, ia hanya sebuah kausalitas kecil dari proses berputarnya transaksi antar manusia—dalam konteks ekonomi. Maka, agar materi tidak hanya bernilai sebagai materi ia harus diolah, disublim, ‘dimanipulir’ agar menjadi energi. Kita infak, shodaqoh, nguruni, nombo’i duit untuk beli lampu, konsumsi, dan lain sebagainya. Maka ada dialetika ‘harmonis’ antara materi dengan rohani. Disitulah anda akan mulai belajar arti ketulusan, keikhlasan, kerelaan, kemauan untuk berkorban, aweh dengan sesama. Secara perlahan, diam-diam—disadari atau tidak—derajat kemanusiaan kita naik beberapa tahap. Dan jangan lupa, Tuhan tersenyum sama kita. 

Jika pelan-pelan kita bisa mengolah materi sedemikian rupa menjadi energi, maka energi itu pun secara bertahap akan menjadi cahaya. Semua lelaku, tindak tanduk, riuh rendah pergulatan hidup, cara bergaul dengan teman, memompa semangat untuk terus bangkit dan apapun saja cahaya Allah senantiasa murupdi hati, akal, dan karakter anda. 

Aku tak mengerti apa-apa soal bisnis dan cara menghitung materi. Maka, kubesar-besarkan hatiku dengan hitung-hitungan tak rasional seperti ini. 

“ Wes yo sinaune “ Pak Tua mau berpamitan pergi 

“ Wah, sek to Pak, kulo tasek wonten permasalahan niki “ Aku mencoba menahannya

“ Sesok ketemu maneh. Tak duduhi asal muasale kopi iku teko ndi “ Pak Tua ngeloyor pergi.

Pak..Pak... Njenengan niku pancen mboten saras nopo “ teriakku sambil berlari menyongsong beliau

Dan Pak Tua seperti berjalan begitu cepat dan menghilang begitu saja.

Anshofa, 03/01/2014 

Related Posts:

CINTA VERSI GURU TAHSIN

Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah, hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billaghunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada.

Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar, jelas dan terang.

Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paaaaaling panjang di antara yang lainnya.

Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro, terpantul-pantul dengan keras.

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dengan dua hati yang menyatu.

Sayangku padamu seperti mad thobi'I dalam quran, buaaanyak banget.

Semoga dalam hubungan, kita ini kayak idgham bilaghunnah ya, cuma berdua seperti lam dan ro'.

Meski perhatianku ga terlihat kayak alif lam syamsiah, cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas.

Kau dan aku seperti Idghom Mutaqooribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya tapi berlainan sifatnya.

Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim, terhenti sempurna di akhir hayat.

Layaknya huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal di fikiranku.

Seperti Hukum Imalah yg dikhususkan untuk Ro' saja, begitu juga aku yang hanya untukmu.

Semoga aku jadi yang terakhir untuk kamu seperti mad aridlisukun.

Related Posts:

Tiga model manusia ‎

Ta’lim Qur’an (Ma’anil Kallimat)
____** Jadilah orang yang mengerti terhadap objek. Banyaknya pengetahuan bukan untuk menghakimi mereka yang tidak tahu apa-apa. Kitalah yang harus lebih bijak, lebih tahu. Kita sudah menjadi langit, jangan suruh mereka menjadi langit. Turunlah ke Bumi untuk menggadeng tangannya, untuk membuatnya lebih mengerti, untuk mengangkat derajatnya menjadi langit bersama kita. Itulah kebijaksanaan. __Abi Muslimin__
Masih seputar surat Al-Baqarah, yang berarti sapi betina. Banyak catatan maupun penjelasan mengapa surat ini bernama sapi betina, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
“ Ini juga ada kaitannya dengan kelabilan—dalam konteks nafsu. Artinya, sapi betina adalah sebuah simbolik atas penggambaran nafu yang sedang labil.

Manusia—yang digambarkan di surat ini—sesungguhnya terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, manusia yang oleh Allah disebut Muttaqin. Mereka manusia “jelas”. Ayat 1-5 menjadi legitimasi atas semua itu. Kedua, kafirin. Kafir itu artinya tertutup, ingkar. Bukan Allah yang menutup hati, pendengaran, penglihatan, mereka. Jutru karena perbuatan mereka itulah Allah mengunci segala indra mereka. Terhadap kebaikan, kebenaran, maupun kemulyaan.

Kafaru itu menutup diri. Ia tahu tentang kebenaran yang sesungguhnya, namun enggan mengikutinya—oleh karena ia iri hati dan benci. Abu Jahal maupun Yahudi sangat tahu kebenaran tentang Muhammad, namun mereka enggan mengakuinya.

Maka, memahami ayat tidak boleh sepotong-potong. Pemahaman yang terpotong-potong dan tidak tuntas, akan mengakibatkan distorsi pemahaman maupun penafsiran. Ayat satu dengan yang lain saling berkesinambungan satu sama lain.
Manusia yang ketiga, adalah mereka yang berada diantara keduanya. Dikatakan kafir iya, disebut mukmin juga tidak salah. Mereka yang disebut kaum munafikin. Yang paling banyak disebut, dibahas, dalam Al-Qur’an. Munafik berasal dari nufuk. Ialah terowong untuk jalan kaki atau orang yang suka membuat terowongan. (Waminannasi Man Yakulu Amanna Billahi Wabil Yaumil Akhiri Wama Hum Bimukminin). 
Catatan-catatan
____** Ibnu Khaldun membagi negara dengan dua bagian. Negara hadawah, dari akar kata baduwi ; belum mengerti apa-apa (kasus orang badui kencing di masjid ketika Nabi melingkar bersama para sahabatnya) dan Negara hadzarah—Negara berperadaban.
____** Jadilah orang yang mengerti terhadap objek. Banyaknya pengetahuan bukan untuk menghakimi mereka yang tidak tahu apa-apa. Kitalah yang harus lebih bijak, lebih tahu. Kita sudah menjadi langit, jangan suruh mereka menjadi langit. Turunlah ke Bumi untuk menggadeng tangannya, untuk membuatnya lebih mengerti, untuk mengangkat derajatnya menjadi langit bersama kita. Itulah kebijaksanaan.
____**Begitu mudahnya mereka yang mengecap dirinya yang paling benar. Tanpa tahu sesungguhnya mereka sudah menggeser posisi Tuhan. Menjadi firaun-firaun kecil tak berpengetahuan. Orang lain disalahkan,dirinya dibenar-benarkan.
___**Allah turunkan bala’ ketika hari selasa. Maka kita membaca do’a tolak bala’ bukan untuk terjauhkan dari bala’. Dibalik bala ada nikmat, ada rahmad, ada kebahagiaan “yang tersembunyi”. Kita tak perlu meminta agar selalu dienyahkan dari bala’. Namun, kesabaran dalam menghadapi bala’ itulah yang menjadi pijakan dari cara berfikir kita, dalam lelaku kita.    
Wallau ‘alam

Related Posts:

Pengarang Syi'ir Tombo Ati



Pengantar 

Isuk Ngaji, Awan Ngaji, Sore Ngaji, Bengi Ngaji, Koyok Bu Nyai Ae. (Ustadz Syafa’at)

Usai ba’da sholat Isya’, sebagaimana jadwal yang ada, Fashohah berjalan seperti biasa. Sebelum Fashahah dimulai, tampak Abi Imam Muslimin ngobrol ringan dengan Ustadz Syafaat. Dan para santri sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti fashahah yang ‘digelar’ setiap dua minggu sekali ini. 

‘Rehatnya’ aktivitas kuliah tidak membuat santri Anshofa berleha-leha dengan semua kegiatan yang ada. Dengan efisiensi waktu yang disepakati, justru santri anshofa mengisi libur kuliah dengan kegiatan yang manfaat, kultual, dan asyik. 

Tampak berbeda dari biasanya, fashahah kali ini Ustadz Syafaa’at memberikan ulasan isi materi yang begitu komprehensif dan historis. Pemaknaan tentang keihklasan, asal usul lirik tombo ati, epistimologi lafadh hawa nafsu, dan mengurai hal-hal yang sifatnya kontekstual. 

Kilas Reportase  

Sebelum mengisi ta’lim, Ustadz Syafaat meminta kepada seluruh santri agar mengingatkan jadwal ta’lim yang beliau isi.
“ Saya tolong diingatkan. Karena beberapa hari yang lalu saya ada acara, dan lupa kalau hari itu adalah jadwal saya bersama kalian. Mbok ada yang jadi Sie Peng-sms gitu lho “ ujar beliau sambil mencairkan suasana disambut tawa para santri. 

Pemaknaan Ikhlas

Syirik Ashgar adalah syirik kecil. Kalau riya’ adalah tidak melakukan sesuatu kebaikan karena khawatir dipuji/riya’

Orang yang ikhlas adlah dimana semua gerakannya, diamnya, aktivitasnya, ada atau tidak ada orang lain, ia melakukannya hanya karena Allah semata. Nderes misalnya, ada orang dan tidak ada orang, ia tetap nderes, kuliah libur atau masuk, ia pun juga tetap nderes. Hadirnya manusia tidak membawa pengaruh apa-apa dalam dirinya, karena semua yang berpegaruh dalam dirinya hanyalah kepada Allah, untuk Allah. 

Bahkan dalam definisi yang radikal, jika orang sudah mampu menyamakan antara cacian dengan pujian, sesungguh demikianlah tingkatan ikhlas yang paling tinggi. Dicaci dan dipuji bagaimanapun ia melakukan segala hal, jika menurut pandangan Allah itu baik, ia tetap berpegang teguh dengan apa yang ia lakukan itu. 

Pengertian hawa nafsu 

Nafsu adalah melakukan sesuatu untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hawa adalah melakukan sesuatu yang nikmat—yang dalam bahasa modern disebut hedonisme. Maka, hawa nafsu adalah menghalalkan sesuatu apapun, kepentingan apapun, yang berorientasi untuk kenikmatan dirinya sendiri. Itulah Hedonisme, aliran kenikmatan. Ia akan melakukan apapun jika semua itu menguntungkan dirinya. Suruh berjuang, ia tidak mau. Suruh berkorban, ia enggan. 

Sari’ As-Tsaqofi adalah guru dari Imam Junaid Al-Bagdadi. Sari’ As-Tsaqofi pada suatu ketika pernah bersyukur kepada Allah karena gledaknya terselamatkan dari kebakaran, sedang gledak orang-orang disekitar Sari’ As-Tsaqofi musnah terbakar. Dalam syukurnya Sari’ As-Tsaqofi mengucapkan Hamdalah. Dan ketika malamnya beliau bermimpi bertemu entah dengan Rasulullah atau sahabat Rasulullah sendiri (beliau tidak memastikan) dan dimarahi habis-habisan. 

“ Kamu adalah orang yang paling alim, paling santri, paling tinggi ilmunya, diantara orang-orang yang ada di pasar.  Tapi kenapa kamu masih sempat-sempatnya bersyukur atas kenikmatanmu sendiri ditengah-tengah penderitaan orang lain, mestinya kamu ikut susah dan menangis kepada Allah, mengapa orang lain susah dan hanya saya sendiri yang tidak susah “ 

Sejak itulah beliau bertaubat selama empat puluh tahun, hanya karena mensyukuri nikmatnya sendiri. Bukankah orang hebat adalah mereka yang memikirkan nasib orang lain, bukan memikirkan nasib dirinya sendiri. 

Berbekal pengalaman yang serupa, Ustadz Syafa’at juga menuturkan pernah bermimpi dimarahi gurunya karena kelalaian beliau dalam menjaga Al-Qur’an. 

Tentang Tombo Ati

Imam Al-Khusyairi (pengarang kitab Ar-Risalah AL-Khusyairiyyah) meng-copy righ ungkapan Syeikh Ali AL-Khawwas tentang dawaul qolbi khomsatun, yang kita sebut dengan tombo ati ada lima. Menurut beliau, justru yang mengarang tombo ati bukanlah orang Indonesia, indikasinya adalah karena penjelasan dan syair tombo ati itu sendiri persis ada di dalam penjelasan kitab Syeikh Ali AL-Khawwas tersebut.  

Related Posts: